Asal-Usul Sabung Ayam Yang di Nusantara Bukan Sebatas Permainan Semata-mata
- ayam sate
- Oct 15, 2018
- 3 min read
Beradu Ayam Jago atau biasa dimaksud dengan Sabung Ayam atau ayam aduan adalah permainan yang udah dilaksanakan masyrakat di kepulauan Nusantara semenjak jaman dulu. Permainan ini adalah perkelahian ayam Jago yang punyai taji serta terkadan taji ayam jago ditambahkan dan dibikin dari logam yang runcing. Permainan sabung ayam di Nusantara nyatanya tidak sekedar suatu permainan hiburan semata-mata untuk masyarkat, akan tetapi adalah suatu narasi kehidupan baik sosial, budaya ataupun politik.
Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berawsal dari folklore ( Narasi Rakyat ) Cindelaras yang punyai ayam sakti serta diundang oleh raja Jenggala, Raden Putran buat mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu prasyarat, bila ayam Cindelaras kalah karena itu dia bersedia kepalanya nya di pacung. Akan tetapi bila ayam nya menang karena itu 1/2 kekayaan Raden Putra jadi punya Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertaurng dengan gagah serta berani.
Akan tetapi secara cepat, ayam cindelaras sukses menaklukan ayam sang Raja. Beberapa pirsawan bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras serta ayamnya. Pada akhirnya Raja mengaku kedahsyatan ayam Cindelaras serta memahami jika Cindelaras tidak beda adalah putranya sendiri yang lahir permaisurinya yang terbuang karena iri dengki sang selir.
Ayam sabung taji pun jadi suatu momen politik pada saat lampau. Cerita kematian Prabu Anusapati dari Singosari yang terbunuh waktu lihat sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati berlangsung pada hari Buddha Manis atau Rabu Legi sewaktu di kerajaan Singosari tengah berjalan keramaan di Istana Kerajaan diantaranya adalah pertunjukan Sabung Ayam. Aturan yang laku adalah siapa-siapa saja yang bakal masuk dalam ajang sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris.
Sebelum Anusapati pergi ke Sabung Ayam. Ken Dedes ibu Anusapati memberikan nasehat anaknya biar jangan sampai melepas keris pusaka yang udah dipakainya bila mau lihat sabung ayam dipertunjukkan di Istana, akan tetapi tidak lama sabung ayam belumlah dilaksanakan Anusapati melepasakan keris nya atas tekanan Pranajaya serta Tohjaya. Pada waktu itu diarena berlangsung keributan serta pada akhirnya momen yang disangsikan Ken Dedes terjai di mana keributan itu merengut nyawa Anusapati yang tergeletak mati diarena sabung ayam dibunuh adiknya Tohjaya yang ditusuk dengan keris pusakanya sendiri.
Selanjutnya Jenazah Anusapati dikebumikan di Candi Penatran serta peristiwa itu masih dikenang orang, Anusapati adalah kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes serta Bapak Tunggul Ametung dan Tohjaya adalah anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang diriwayatkan punyai kegemaran menyabung ayam. Memang dalam narasi rakyat terpenting Ciung Wanara menceritakan jika keberuntungan serta pergantian nasib seorang ditetapkan oleh kalah menangnya ayam diarena sabung ayam, begitupun Anusapati bukan kalah dalam beradu ayam akan tetapi dalam permainan ini dia terbunuh.
Dan di Bali permainan sabung ayam dimaksud dengan Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh rah, salah satunya yadnya ( Upacara ) dalam masyrakat Hindu di Bali. Maksudnya mulia, yaitu mengharmoniskan interaksi manusia dengan bhuana agung, Yadnya ini runtuhan dari upacara yang sarananya memanfaatkan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, serta beragam style hewan peliharaan beda.
Persembahan itu dilaksanakan melalui cara nyambleh ( leher kurban dipotong sehabis dimanterai. Awal mulanya lantas dilaksanakan ngider serta perang sata dengan perabotan kemiri, telur, serta kelapa. Perang sata adalah pertempuran ayam dalam serangkaian kurban suci yang ditunaikan tiga partai ( telung perahatan ), yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, serta pemushan dunia. Perang sata adalah lambang perjuangan hidup.
Kebiasaan ini telah lama ada, bahkan juga sejak era Majapahit. Waktu itu memanfaatkan arti menetak gulu ayam. Pada akhirnya tabuh rah merembet ke bali yang dimulai dari pelarian beberapa orang majapahit, kurang lebih tahun 1200. sama dengan beragam kesibukan beda yang dilaksanakan masyrakat bali dalam menekuni ritual, terutamanya yang terkait dengan penguasa jagad, tabuj rah punyai pijakan yang bersender pada basic sastra.
Tabuh rah yang acapkali dipertunjukkan dalam serangkaian upacara Butha Yadnya lantas banyak dimaksud dalam beragam lontar. Umpamanya, dalam lontar siwa tatawapurana yang misalnya menuturkan, dalam tilem kesanga ( waktu bulan benar-benar tidak terlihat pada bulan ke sembilan penanggalan bali ). Bathara Siwa mengadakan yoga, waktu itu kwajiban manusia dibumi memberikan persembahan, selanjutnya diadakan pertempuran ayam serta ditunaikan Nyepi satu hari. Yang dikasih kurban adalah sang Dasa Saat Bumi.
Informasi Lebih Lanjut Dapat Hubungi kami Di :
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua ) http://sabungayam.life/
Comments